Classmeet!

Suara riuh siswa-siswi menghiasi seluruh atmosfer sekolah hari ini. Semangat muda mereka yang seolah tak tertahankan ikut memeriahkan acara di sekolah mereka yang sedang berlangsung hari ini, classmeet. Aksara berjalan kembali ke kelasnya usai mengikuti kegiatan pertama acara tersebut, senam pagi. Aksa berjalan santai dengan sesekali menyapa teman-teman yang melewatinya sedang kedua tangannya sibuk memegang makanan ringan titipan Shanine. Begitu anak laki-laki itu sampai di kelasnya, didapatinya sahabatnya kini tengah berbaring di bangkunya sembari bersandar pada tembok. Aksa hanya menggelengkan kepalanya dan mendekati sahabatnya itu.

“Nin,” panggil Aksa. Gadis yang dipanggil kemudian hanya membuka matanya sebentar dan kembali terpejam, masih belum berniat menjawab.

“Nih titipan lo, mau gak?” ujar Aksa sembari menarik bangku untuk duduk di samping temannya.

“Mau.”

“Bangun.”

“Ga mau, perut gue sakit kalo duduk.”

“Mau gue ambilin minyak kayu putih ya di UKS?” tawar Aksa ramah.

“Boleh Sa kalo lo ga sibuk,” jawab Shanine. Gadis itu kini berusaha mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

“Ya udah nanti kalo gue ke bawah gue ambilin.” “Thanks.” “Nin berarti lo ga nonton gue tanding dong?” “Yaa kalo perut gue udah mendingan ya gue nonton Jun.” “Kalo belom mendingan?” “Ya ga nonton di bawah, paling nonton IG live nya OSIS aja.” “Nonton aja dong,” paksa Aksa sembari memasang wajah memelas. “Beneran bayi ya lo?” ujar Shanine kemudian tertawa. “Ya udah paling engga lo nonton final ya.” “Ya semoga aja nyampe final HAHA.” “JAHAT!” “Iyaudah iya kabarin aja kalo masuk final nanti gue turun.” ujar Shanine sembari membuka kemasan pocky yang baru Aksa belikan. “Oke gue turun sekarang deh kalo gitu, bentar lagi tanding soalnya. Baik-baik ya Mbul,” kata Aksa kemudian mengusap pelan kepala sahabatnya dan meninggalkan kelas. Sedangkan gadis itu kini sudah tersipu.


Shanine sibuk memakan makanan ringan yang diberikan oleh Aksa sembari memainkan ponselnya. Perutnya masih terasa perih. Gadis itu hanya sendirian di dalam kelas sekarang, teman-teman sekelasnya sedang menonton pertandingan yang berlangsung di lapangan. Seorang siswa yang tidak ia kenal kemudian secara tiba-tiba masuk ke kelasnya dengan napas yang tidak beraturan, sepertinya ia berlari cukup jauh. Shanine menatapnya bingung.

“Lo Shanine kan?” tanya siswa itu sambil masih mencoba menghirup lebih banyak oksigen.

“I-iya, gue Shanine, kenapa ya?” tanya Shanine mulai cemas, sempat khawatir jika terjadi sesuatu pada sahabatnya.

“Engga, ini, siapa namanya, itu Aksara nitip ini katanya tolong kasih ke lo,” jawab siswa itu kemudian memberikan sebotol minyak kayu putih pada Shanine.

Gadis itu hanya tertawa kecil kemudian mengambil minyak kayu putih yang diberikan oleh siswa tersebut.

Thanks, lain kali santai aja ga usah lari-lari,” ucap Shanine.

“HAHA iya tadi Aksara nyuruh gue buru-buru katanya Shanine lagi darurat terus gue ga tau kenapa nurut,” jawabnya. Shanine hanya tertawa sebagai balasan lalu membiarkan siswa itu langsung pamit keluar kelas.


Shanine masih betah di kelasnya. Sejujurnya ia sangat ingin pergi ke lapangan sekarang, tapi benar-benar perutnya hari ini tidak bisa bekerja sama. Gadis itu masih dikelasnya hingga matahari berada tepat di atas kepala. Teman-temannya kini sudah banyak yang kembali ke kelas, Udah istirahat kah? pikirnya. Beberapa menit kemudian Aksa masuk ke kelas dan duduk di sebelah Shanine.

“Gimana? Final?” tanya Shanine penasaran.

“Istirahat dulu, abis ini baru penentuan final. Keren ga gue?” ujar Aksa, sedang Shanine hanya membalas dengan anggukan.

“Ya udah lo makan dulu deh.”

“Iya nih tadi gue udah beli nasi goreng di kantin tapi gue minta dibungkus.”

“Kenapa ga makan di sana aja sih?”

“Maunya makan sama lo emang kenapa sih?” jawab Aksa sembari membuka makanannya dan mulai menyantapnya sedangkan gadis yang diajak bicara hanya terpaku.

“Kadang lo suka bikin salah paham sih Sa.”

“Salah paham gimana?”

“Engga, ga jadi,” jawab Shanine sedikit panik.

Keduanya kini hanya menyantap makan siang masing-masing dalam diam, Shanine dengan bekal miliknya dan Aksa dengan nasi gorengnya. Hanya butuh sepuluh menit bagi Aksa untuk menghabiskan makanannya hingga jam menunjukkan pukul 12.15 Aksara kembali ke lapangan untuk tanding penentuan final. Shanine yang perutnya masih terasa ngilu dengan berat hati mengurungkan niatnya untuk turun sekarang, ia takut kalau-kalau pingsan di lapangan justru akan menimbulkan keributan. Ia memutuskan untuk menunggu kabar dari Aksara, jika kelasnya masuk final maka ia akan turun sesuai janjinya.