Lebih dari Sahabat?
Dhidan langsung turun dari mobilnya usai memarkirkannya di dekat salah satu toko baju. Aksa pun melakukan hal yang sama, pria itu turun dari mobil, sepasang maniknya langsung sibuk mencari sosok gadis yang selalu ada di sampingnya sejak beberapa tahun silam.
“Bener kan di sini ya bang?” tanya Aksa pada Dhidan untuk memastikan. “Ya harusnya sih bener Sa, gue cuma ngikutin alamat yang dikasih Shanine itu tadi di handphone lo,” jawab Dhidan sembari berjalan. Aksa mengangguk dan berjalan mengekor pria yang lebih tua dua tahun darinya itu.
Beberapa menit kemudian sorot mata Aksa menangkap sosok gadis yang ia cari sedari tadi, “Mbull!” teriaknya dari kejauhan. Gadis yang namanya dipanggil kini menoleh ke arah sumber suara dan melambaikan tangannya. Aksa langsung berlari ke arah Shanine, meninggalkan Dhidan yang berjalan santai di belakangnya.
“Kenapa lari sih?” ujar Shanine pada Aksa yang masih mengatur napasnya. “Biar cepet,” jawab Aksa. “Ya elah ini kan gue tungguin, ga ke mana-mana.” “Ga pa-pa, biar cepet.” “Ya udah, terserah lo deh. Halo kak!” sapa Shanine pada Dhidan yang baru saja berhasil menyusul Aksa. Dhidan tersenyum sebagai balasan dari sapaan gadis itu, “Wah udah ngapain aja nih kalian?” tanya pria itu kemudian. “Beli es krimm!” Shanine menjawab, sedangkan Talitha kini hanya bersembunyi di balik tubuh gadis itu. “Eh halo, eumm....” Dhidan mencoba mengingat nama gadis yang menjadi teman sekamar Shanine. Pagi tadi mereka sudah berkenalan dan samar-samar ia mengingat nama gadis berkulit putih tersebut. “Oh! Talitha! Hai Talitha! Gue ga salah kan ya nama lo Talitha kan?” tanya Dhidan memastikan, masih sambil memasang senyum termanisnya.
Talitha mengangguk, “I-iya g-gue Talitha,” jawabnya gugup. Aksa dan Shanine yang melihat reaksi Talitha kini saling tatap, berusaha berkomunikasi melalui mata. Situasi tiba-tiba saja hening. “Eh ayooo jalan!” ujar Shanine akhirnya, memecah keheningan di antara keempatnya.
Shanine berjalan tepat di samping Aksa, sedang di depannya Dhidan sibuk menceritakan banyak hal pada Talitha yang masih menatap pria itu dengan penuh kekaguman. Aksa mengalihkan pandangnya dari jalanan dan menatap sahabatnya yang kini sedang tersenyum menatap langit malam, entah apa yang menjadi perhatian gadis itu. Cantik, pikirnya. Dapat diketahui dari sorot mata pria itu, sebuah rasa yang tulus terpancar dari hatinya. Tidak bosan-bosan remaja itu menatap Shanine yang juga masih belum sadar bahwa ia diawasi sepasang mata sejak tadi. Senyum kini terukir di bibir Aksa, pun hatinya menghangat, ia merasa sangat senang. Kebisingan kota yang cukup ramai malam ini tidak berhasil menginterupsi pikirannya. Benaknya hanya terfokus pada wajah cantik sahabatnya. Laki-laki itu kemudian sadar hatinya sudah jatuh terlalu jauh pada perempuan di sampingnya tanpa ia sadari, hatinya kini sudah sepenuhnya dikuasai oleh seorang Shanine Rembulan. Ruang kosong pada hati pria itu yang sudah lama ia biarkan kini kembali terisi, jantungnya berdetak lebih cepat kala melihat Shanine tertawa dengan manisnya.
“Shanine,” panggil Aksa pelan. “Hm?” Shanine menoleh pada pria itu, masih dengan senyuman yang tidak bosan menghiasi wajah cantiknya. “Lu pernah kepikir ga Nin kalo hubungan kita lebih dari sahabat?”
Shanine dibuat terkejut oleh ucapan temannya, jantungnya terasa berhenti, senyuman di bibirnya mulai sirna, digantikan sorot mata yang menatap lurus pada manik sahabat kesayangannya.
“M-maksud lo gimana?” ujar Shanine terbata-bata sembari menyembunyikan semburat merah pada kedua pipinya. “Ya.... gitu, eum—“ ucapan Aksa terpotong, tiba-tiba ia merasa ragu, “Misalnya, pacaran?” lanjutnya.
Langkah Shanine berhenti. Jantungnya benar-benar terasa seperti jatuh tiba-tiba ke perut, pun kakinya terasa lemas. Gadis itu bisa merasakan sesak di dadanya yang tidak dapat ia artikan. Manik keduanya bertemu, menelisik hingga ke dalam seolah berusaha saling mencari jawaban akan perasaan masing-masing. Entah kenapa Aksa menahan napasnya, suara jantungnya sudah sangat berisik saat ini, khawatir kalau-kalau gadis di depannya mendengar. Shanine masih tidak tahu harus menjawab dengan jawaban yang seperti apa sekarang. Bibir gadis itu terkatup, pikirannya sibuk mencari jawaban, sedang lidahnya terasa kelu.
“Gue ga serius, cuma nanya ajaa, kan tadi gue bilang misalnyaaa,” Aksa memutuskan untuk mengganti suasana kala melihat raut serius dari wajah temannya. Pandangan pria itu kemudian dialihkan ke arah ramainya kota, meninggalkan Shanine yang masih memproses segalanya. “Yuk, jalan lagi,” ajak Aksa.
“Eh iya iya,” Shanine menjawab kaku, langkahnya kembali ia lanjutkan. Gadis itu menarik napas panjang, berusaha menjernihkan pikiran dan mengembalikan detak jantungnya seperti sedia kala. Bukan apa-apa Shanine, apa sih yang lo harapkan, batinnya.
Keheningan di antara keduanya kemudian dipecah oleh suara ponsel Shanine yang menandakan chat masuk. Gadis itu langsung membuka pesan tersebut dan membalasnya cepat. Aksa yang sebelumnya hanya memperhatikan Shanine kini ikut penasaran.
“Siapa?” tanya Aksa sembari mendekatkan wajahnya pada gadis di sampingnya, matanya mengarah ke layar ponsel milik Shanine. “I-itu, Kak Titha,” jawab Shanine singkat. “Kenapa nge-chat? kan lagi jalan bareng?”
Shanine tidak menjawab, ia kemudian berjalan lebih cepat untuk menyusul Dhidan dan Talitha yang sudah cukup jauh di depan sana. Aksa yang melihat sahabatnya sedikit berlari kini berusaha menyusulnya.
“Kak Dhidan!” panggil Shanine. Dhidan menoleh, “Kenapa?” “Gue mau jalan sama Aksa kak, eum, ke sana!” ucap Shanine sembari menunjuk asal sebuah kedai. “Oh, ya udah, ayo bareng-bareng aja,” balas Dhidan. “Eh engga-engga. Kak Dhidan sama Kak Titha ajaaa, aku mau berdua sama Aksa jalan-jalannya,” ujar Shanine sambil tersenyum. Aksa yang tidak mengerti situasi hanya memasang wajah bingung. Sedangkan Talitha menutup sebagian wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba menyembunyikan pipinya yang ia yakini sudah berwarna merah muda sekarang.
“Eum, ya udah kalo gitu, nanti kabarin aja kalo udah selesai, kita ketemuan lagi,” jawab Dhidan akhirnya. “Oke kak!” jawab Shanine kemudian menarik pelan tangan Aksa, melangkah menjauhi Talitha dan Dhidan.