Sahabat dan Cinta

Hujan yang semula turun dengan deras kini sudah mulai reda. Shanine memutuskan untuk pergi menyusul sahabatnya yang sedang bermain di lapangan sekolah. Gadis itu turun dari lantai 2 tempat kelasnya berada dan berjalan santai menuju lapangan. Dari kejauhan ia sudah dapat melihat Aksa yang tengah asyik bermain dengan teman-temannya meski lapangan masih basah. Dilihatnya juga Kayla tengah duduk di bangku taman tepat di samping lapangan sembari melihat ke arah mereka yang sedang bermain futsal. Shanine memutuskan untuk mampir ke kantin lebih dulu, membeli dua buah susu dan sebotol air mineral kemudian berjalan mendekati Kayla.

“Hey Kay, kok sendirian aja?” sapa Shanine sembari memberikan satu susu yang baru ia beli.

“Oh hai Shanine, thanks. Iya gue bosen di kelas jadinya ke lapangan, kebetulan udah reda jadi bisa duduk disini,” jawab Kayla.

Shanine kemudian duduk di samping Kayla, meminum susu sembari memperhatikan Aksa yang tengah asyik bermain.

“Kay lo beneran ga mau nerima Aksa?” tanya Shanine tiba-tiba, sedangkan yang ditanya hampir tersedak.

“Haha lo kenapa nanya kayak gitu Nin?”

Shanine hanya tersenyum namun jelas matanya tidak menunjukkan emosi bahagia, gadis itu menunduk.

“Engga Kay, ga apa-apa, gue cuma kasian sama Aksa. Kemaren, pas lo nolak dia, dia sakit Kay, demam,” ujar Shanine yang berhasil membuat Kayla terkejut, tidak menyangka perasaan Aksa sebegitu serius untuknya.

“Gue.. gue ga tau Nin harus gimana. Gue ga bisa juga maksain hati gue, gue egois ya Nin?” jawab Kayla, mata gadis itu mulai berair.

“Engga kok, lo ga egois Kay, cinta emang begitu kayaknya, hobi bikin onar di hati orang, ikutin aja alurnya kalo lo emang belom bisa nerima Aksa sekarang.”

“Lo sendiri gimana Nin?”

“Apanya?”

“Perasaan lo. Sakit ya?”

Shanine menatap lurus Kayla, terkejut dengan apa yang gadis itu katakan.

“HAHA maksud lo apaan Kay gue ga ngerti,” balas Shanine akhirnya.

“Lo suka kan sama Aksa?”

Shanine kembali terbungkam. Ia mulai bingung apakah memang perasaannya terlalu jelas atau orang-orang terlalu peka. Sempat khawatir boleh jadi Aksara mengetahui perasaannya.

“Haha gapapa Nin gue ga bakal kasih tau siapa-siapa juga, ga lo jawab juga ga apa-apa,” ujar Kayla setelah melihat raut wajah Shanine yang kurang nyaman.

“Hmmm, gue.... gue suka sama—”

“MBULLL! MINTA MINUM DONG!” teriak Aksa dari tengah lapangan sembari melambaikan tangan kepadanya.

Shanine menghela napas pelan, Hampir aja, batinnya.

“AMBIL SINI!” Shanine menjawab dengan sedikit berteriak. Aksara langsung berlari kecil menghampiri gadis itu.

“Eh ada Kayla, hai?” sapa Aksa kemudian menerima air mineral yang Shanine berikan. Ya, Shanine sengaja membeli minum itu untuk Aksa, ia tahu temannya akan butuh.

“Hai.” Kayla membalas sapaan Aksa sembari tersenyum.

“Kok airnya nggak dingin sih Mbul?” protes Aksa.

“Lo tuh ya, baru sembuh, kemaren jajan es krim, tadi keujanan, terus masa gue harus beliin lo minum dingin juga? bang Sakha tau lo pasti diomelin,” jawab Shanine. Aksa hanya memasang wajah menyebalkannya, wajah khasnya saat dimarahi.

“Parah lo Sa, Shanine khawatir itu,” ujar Kayla sembari tertawa.

“HAH engga woi engga, gue cuma, cuma.... AH GATAU, lo kalo sakit suka aneh soalnya,” jawab Shanine canggung.

“Ah masa?” goda Aksa, masih memasang wajah menyebalkannya.

“AKSA LO JANGAN BIKIN GUE KESEL YA?” ucap Shanine dengan nada sedikit tinggi. Sedangkan yang menggodanya sudah tertawa lepas.