Shanine, Jogging Yuk!

Shanine langsung duduk dari posisi tidurnya begitu Aksa mengakhiri panggilan videonya. Shanine mengusap wajahnya, mencoba untuk sadar sepenuhnya. Ia langsung beranjak dari kasurnya, mengambil pakaian dan handuknya lalu bergegas ke kamar mandi. Di tempat lainnya, Aksa sudah menyelesaikan kegiatan mandinya, ia kemudian keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju dapur, hendak mengambil air minum.

“Kamu mau kemana sih Sa?” tanya Sakha seraya mengunyah sepotong roti beroleskan mentega, kakaknya itu penasaran mengapa adiknya sudah rapi sepagi ini.

“Jogging,” jawab Aksa singkat setelah menenggak segelas air.

“Kamu habis sakit langsung jogging? Emang udah ga demam?”

“Udah sembuh kok tenang.”

“Oke kalo gitu, kamu sendiri?”

“Sama Shanine bang.”

“Oke, take care.” Aksa lalu hanya membalas dengan acungan jempol dan berjalan keluar rumah.


Shanine sudah siap dengan celana olahraga selututnya, kaos, serta jaket yang sudah ia kenakan sejak dua menit yang lalu. Ia lalu hanya meminum segelas susu dan kini sedang menunggu Aksa sembari memasang sepatunya di teras rumah. Belum lama gadis itu selesai mengikat tali sepatunya, motor Aksa sudah berdiri tepat di depan pagar rumah Shanine.

“MBULL BUKAIN DONGG NITIP MOTOR!” teriak Aksa.

“IH lu mah jangan teriak begitu kenapaa, gue ga budek ini nanti tetangga pada marah,” ujar Shanine sambil membuka pagar rumahnya, membiarkan Aksa memarkirkan motornya di halaman rumahnya.

“Udah beres, yuk cus langsung.” Aksa kemudian mengulurkan tangannya ke arah Shanine.

“Ini apa nih maksudnya?” tanya Shanine, menunjuk tangan Aksa yang dijulurkan padanya.

“Gandeng?”

“Buat apa anjir udahlah aneh semua ide lo. Udah sembuh belom sih?” balas Shanine kemudian menempelkan tangannya di dahi Aksa sedang pria pemilik dahi tersebut entah mengapa merasakan hangat dan berdebar di dadanya.

“Udah ga demam sih, tapi kayaknya lo belom waras gue liat-liat,” ujar Shanine lagi. Gadis itu kemudian berjalan lebih dulu, meninggalkan Aksara yang masih mematung.

“JUN AYOO!” Teriakan Shanine berhasil menyadarkan Aksa dari lamunannya. Adalah salah jika mengira Shanine tidak berdebar ketika menyentuh dahi pria yang ia sukai itu, namun gadis itu hanya tidak ingin terlihat demikian, mencoba menutupi semburat merah yang hadir pada kedua pipinya.


Dua remaja itu menikmati jogging pagi mereka sambil sesekali mengobrol dan bercanda hingga tak terasa mereka sudah menghabiskan 1 jam bersama. Merasa sudah cukup lelah, mereka lalu memutuskan duduk sejenak untuk minum dan istirahat. Shanine hanya mengedarkan pandang ke sekitar sembari mengulaskan senyum manisnya.

“Lo udah sarapan mbul?” tanya Aksa tiba-tiba setelah menenggak air minumnya hingga tersisa setengah botol. “Cuma minum susu sih.” “Beli makan mau ga?” “Terserah lo aja gue ngikut.” Aksa tidak langsung menjawab, tampak sedang berpikir, “Nanti dulu deh gue masih pengen duduk,” ujarnya kemudian. “Oke.”

Pagi yang sangat cerah bahkan awan pun tidak terlihat di langit sejauh mata memandang, langit biru sempurna. Kicauan burung menemani dua insan yang kini tengah larut dalam pikiran masing-masing, tidak saling mengetahui pun tidak saling penasaran akan apa yang dipikirkan sahabatnya hingga Aksa tiba-tiba menghela napas panjang dan menyadarkan Shanine dari lamunannya.

“Kenapa lo?” tanya Shanine.

“Ga, ga apa-apa. Nin, ke minimarket yuk,” ajak Aksa yang kemudian disusul anggukan oleh Shanine. Sepasang sahabat itu lalu berjalan ke minimarket yang tidak jauh dari tempat istirahat mereka dengan Shanine yang berjalan cepat menyusul sahabatnya yang sudah berjalan lebih dulu.

“Mau beli apa?” tanya Shanine usai mereka memasuki minimarket.

“Mau ngadem,” jawab Aksa dan dibalas tatapan malas dari sahabatnya.

“Mau roti?”

“Es krim aja Nin.”

“Mana ada, lo abis demam masa makan es krim?”

“Yaa, ga apa-apa.”

“Nggak, nggak boleh.”

“Lo kaya Sakha ah males,” ucap Aksa sambil membuang muka, merajuk.

“Dih ngambek, ya udah ayo beli es krim deh,” balas Shanine dengan nada pasrah, mungkin ia hanya akan membiarkan Aksa melakukan apa yang dia mau hari ini.

“Nanti dulu, ada syaratnya,” sambung Shanine cepat.

Aksa menoleh, “Apa?”

“Beli roti juga, karena lo pasti belum sarapan?” tebak gadis itu.

“Oke deal.”

Sambil memakan es krim masing-masing, mereka berjalan pulang ke rumah Shanine mengingat motor Aksa yang dititipkan di rumah gadis itu. Sesampainya di rumah Shanine, Aksa langsung pamit untuk pulang.

“Gue duluan ya Shanine, makasih udah nemenin jogging.”

“Jangan lupa sarapan ya, jangan makan es krimnya doang, oke?”

“Iya Mbullll,” jawabnya sembari memajukan bibirnya, meledek, kemudian melajukan motornya cepat sebelum pukulan gadis di hadapannya mendarat padanya.