Sudah Lebih Baik
Kedua sahabat itu berbincang cukup lama hingga Aksa tertidur. Beberapa menit setelahnya Sakha pulang, sudah menyelesaikan urusan belanjanya. Sakha kemudian membuka pelan pintu kamar adik laki-laki kesayangannya itu, berniat untuk memeriksa keadaan. Aksa sedang terlelap saat ini, sedang Shanine menemaninya di samping kasurnya, duduk, dan membaca sebuah buku.
“Shanine,” Sakha mencoba untuk memanggil sahabat adiknya itu.
“Oh iya Bang Sakha kenapa? Shanine nggak denger bang Sakha pulang.”
“Udah jam 7 malem, kamu ga pulang aja Nin?” tanya Sakha.
“Hm, iya pulang nanti habis Aksa makan malem deh,” jawab Shanine, sesekali melihat wajah damai sahabatnya yang terlelap.
“Oke, kalo gitu mau bantu bang Sakha nyiapin makan malem?”
“Oke, Shanine ke bawah.”
Sakha kemudian menutup kembali pintu kamar adiknya dan berjalan menuju dapur. Di belakangnya, Shanine hanya mengekor. Mereka pun menyiapkan beberapa menu makan malam. Shanine membuat sup makaroni sesuai dengan permintaan Aksa sebelum ia tidur. Sakha yang sebenarnya kurang pandai memasak hanya membantu Shanine dengan beberapa kebutuhan memasaknya.
“Shanine, bang Sakha boleh tanya?” ujar Sakha sembari membuka kemasan kecap.
“Bolehh,” jawab Shanine yang masih mengaduk-aduk sup makaroninya.
“Kamu, masih suka sama Aksa ya?”
Pertanyaan Sakha sontak membuat Shanine terkejut. Shanine sungguh tidak pernah memberitahukan perasaannya pada orang lain.
“Hm? Kenapa bang Sakha nyimpulin aku suka sama Aksa?” Shanine memutuskan untuk mencari jawaban aman.
“Hahaha, iya ketahuan Shanine. Kamu sudah suka Aksa sejak SMP kan? Mata kamu, tingkah kamu, semuanya nunjukin kalo kamu sayang banget sama adek abang,” jelas Sakha. Shanine menyerah. Ia menghela napas pelan.
“Hhh, iya kak iya gue suka sama adek lo kak, tapi apa daya kan dia sukanya sama Kayla,” ujar Shanine dengan wajah yang tiba-tiba terlihat sedih. Sakha hanya tersenyum mendengar jawaban sahabat adiknya ini.
“Ya, maaf Shanine, pasti sakit ya?” balas Sakha.
“Eh, engga kok engga bang, ga terlalu HAHAHA. Ada di samping dia, nemenin dia aja gue udah merasa cukup bang, ga apa-apa.”
“Kamu baik Shanine, bang Sakha mau minta tolong buat jagain Aksara ya? Dia mungkin emang jahil anaknya, dia ga peka, dan dengan perasaan kamu saat ini dia pasti jadi lebih sering nyakitin kamu kan Nin? Tapi bang Sakha harap kamu mau terus ada buat dia,” ucap Sakha dengan nada lembut dan tulus.
“Iya bang, Shanine usahain. Bang Sakha baik banget meski bukan kakak kandung Aksa. Aksa pasti seneng punya abang kayak bang Sakha,” Shanine menjawab dengan senyuman, sembari memindahkan sup makaroninya ke mangkuk.
“Bang Sakha rela kasih apa aja ke Aksara Nin, sebagai rasa terima kasih sudah diterima di keluarga ini. Apapun abang kasih. Apapun.”
Setelah semua makan malam sudah siap, Shanine pergi ke kamar Aksa, mencoba membangunkannya untuk makan. “Aksa—eh Juni maksudnya, Jun, makan yuk,” ajak Shanine lembut sambil menepuk pelan lengan sahabatnya. Aksa mulai merespon, ia kemudian duduk.
“Jam berapa Mbul sekarang?” tanya Aksa.
“Jam setengah 8, makanya ayo makan buru.”
“Kok lo belom pulang sih?”
“Iya gue pulang abis lo makan, gue juga laper soalnya. Udah ayo cepet berdiri.”
“Yaa.”
Ketiga remaja itu kini tengah berkumpul di meja makan, menikmati makan malam mereka. Aksa makan lebih banyak dari saat ia makan siang tadi, entah karena ada sup makaroni buatan Shanine atau karena moodnya sudah lebih baik kali ini. Mereka menyelesaikan seluruh kegiatan makan malam dan bebenah sekitar setengah jam. Kalau kalian penasaran mengapa orang tua Aksa dan Sakha ini tidak ada di rumah, ya, mereka sedang pergi ke luar kota bulan ini, mengunjungi keluarganya yang sedang sakit. Aksa dan Sakha tidak ikut pergi karena mereka harus tetap bersekolah. Usai membereskan dapur, Shanine bersiap pulang, ia mengambil beberapa barangnya yang ia letakkan di kamar Aksa tadi.
“Gue anter ya,” ujar Aksa sambil mencari jaket hitamnya.
“Eh ya engga usah lah gila lo baru turun demamnya, jangan keluar rumah dulu, gue naik ojol aja,” jawab Shanine.
“Ya udah dianter abang gue aja,” Aksa mencoba memberi pilihan lain.
“Ga usah, bang Sakha biar jagain lo aja, dahh Juni, cepet sembuh yaa, gue duluan,” balas Shanine sambil mengenakan jaketnya kemudian keluar dari kamar Aksa.
Sakha yang tadinya berniat untuk mengantar Shanine juga ditolak oleh gadis itu, “Jagain Aksa aja kak, gue bisa pulang sendiri kok, rumah gue ga begitu jauh,” jawab Shanine. Tidak lama setelahnya, ojol yang dipesan oleh gadis itu datang. Shanine pamit dan langsung pulang ke rumahnya.